Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

CIRI-CIRI DAN PENYUSUNAN TES

 

Tugas Individu, 18 Desember 2020

CIRI-CIRI TES DAN PENYUSUNANNYA

Tugas  ini diajukan untuk memenuhi tugas individu

Mata Kuliah: Evaluasi Pembelajaran

Dosen Pengampu: Yumn Jamillah, M.Pd.

 

Disusun Oleh :

Seprina (1811010110)

S1/PAI/I/5

 

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2020/1442 H

 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas berkat rahmat dan hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam yang semoga kita mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir.

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran dengan ibu Yumn Jamillah, M. Pd., selaku dosen pengampu. Adapun isi dari tugas ini adalah membahas tentang Ciri-ciri Tes dan Penyusunannya. Harapan kami melalui makalah ini, akan mempermudah pembaca dalam memahami lebih rinci mengenai Ciri-ciri dan Penyusunan Tes.

Saya merasa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga masih diperlukan saran ataupun kritik dari semua pihak yang bersifat membangun dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapakn dapat tercapai.

 

                                               Bandar Lampung, 18 Desember 2020 

 

Penulis                        

 


DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR................................................................................ ii

DAFTAR ISI.............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

A.    Latar Belakang................................................................................. 1

B.     Rumusan Masalah............................................................................ 1

C.     Tujuan.............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2

A.    Ciri-ciri Tes yang Baik..................................................................... 2

B.     Penyusunan Tes............................................................................... 6

BAB III PENUTUP.................................................................................. 15

       DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Tujuan   evaluasi  pembelajaran  adalah  untuk  mengetahui  keefektifan  dan  efisiensi  sistem  pembelajaran, baik  menyangkut  tujuan, materi,  metode, media, sumber  belajar, lingkungan  maupun  sistem  penilaian itu  sendiri  atau  dengan  kata  lain evaluasi  dilakukan  untuk  menentukan nilai  atau  kualitas  dari  kegiatan  pembelajaran  yang  dilakukan.

Agar  evaluasi pembelajaran  mampu  mengukur   apa  yang  ingin   diukur atau  mampu  mengungkap apa  yang ingin diungkapkan   maka  alat  ukur  atau  alat  evaluasi  yang digunakan juga  harus  memenuhi kriteria  standar pengukuran.

Oleh  karena  itu  makalah  ini  menjadi  penting  karena membahas  ciri-ciri  tes  yang  baik dan penyususnannya yang  patut  dijadikan  acuan oleh  seorang evaluator  dalam  menyusun alat  ukur (tes)  yang  meliputi   validitas, reliabilias, objektivitas, praktibilitas  dan  ekonomis. Dengan  mengacu pada  ciri-ciri  tes yang  baik  maka  diharapkan mampu  mengetahui  efektifitas dan  efisiensi  sistem  pembelajaran. Sehingga  dapat meningkatkan  kualitas  pemebelajaran dari waktu ke waktu  sehingga  dapat memberikan kontsribusi dalam  meningkatkan  mutu pendidikan.

B.     Rumusan masalah

1.      Apa saja Ciri-ciri Tes yang baik?

2.      Bagaimana penyususnan Tes yang baik?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui Ciri-ciri Tes yang baik.

2.      Untuk mengetahui Cara Penyusunan Tes yang baik.

 


BAB II

 PEMBAHASAN

A.    Ciri-ciri Tes yang baik

Agar  dapat  mengukur  dengan  benar  dan  tepat  apa  yang  hendak diukur  maka  alat  ukur (tes)  yang  digunakan  harus  memenuhi  kriteria  standar  pengukuran.  Ada  beberapa  pendapat para  ahli  tentang  ciri-ciri    tes   yang  baik  diantaranya:

Menurut Mudjijo ada 4 ciri tes  yang baik  yaitu :  Validitas, reliabilitas, kemudahan dan kepraktisan. Kemudahan  dalam  hal ini  yaitu mudah  dilaksanakan dan kepraktisan  dalam hubungannya  dengan  biaya dan waktu untuk  melaksanakan dan yang terakhir analisis  butir  soal. Tes  yang  baik  berarti  soal  tersebut  memiliki butir  soal  yang  baik.

Menurut Suharsimi  Arikunto  suatu tes  dapat  dikatakan baik apabila memenuhi  lima persyaratan, yaitu :

1.      Validitas

Kata  valid  sering  diartikan dengan : tepat, benar,  absah dan shahih. Jadi  kata  validitas ketepatan,  kebenaran, keabsahan. Apabila  dikaitkan  dengan fungsi  tes sebagai  alat  pengukur  maka  sebuah  tes  dikatakan  valid apabila   alat  ukur tersebut  dapat dengan tepat mengukur apa yang  hendak diukur atau diungkap  lewat  tes  tersebut. Jadi  tes  hasil  belajar dapat  dinyatakan valid  (alat pengukur  keberhasilan) dengan  secara  tepat dapat  mengukur atau  mengungkap hasil-hasil  belajar  yang  telah  dicapai  oleh  peserta  didik setelah  menempuh  proses  belajar mengajar  dalam  waktu  tertentu.

Contoh: Diperoleh  informasi  bahwa Si A  beratnya  80 kg  setelah diukur  dengan  timbangan  beras  yang  benar  memang hasilnya  demikian beratnya  berdasarkan  hasil timbangan.

Untuk  tes hasil belajar aspek  validitas  yang paling penting adalah validitas isi. Yang dimaksud  dengan validitas isi  adalah  ukuran yang menunjukkan  sejauh  mana skor  dalam tes yang berhubungan  dengan penguasaan  peserta  tes dalam bidang  studi  yang diuji  melalui  perangkat  tes tersebut. Untuk  mengetahui tingkat  validitas  isi tes, diperlukan  adanya penilaian  ahli yang menguasai  bidang  studi  tersebut.

2.     Reliabilitas

Kata reliabilitas dari kata reliability (Inggris) yang  artinya  dapat dipercaya. Tes yang reliable  jika memberikan hasil  yang tetap (consistent) apabila diteskan berkali-kali. Jika kepada siswa diberikan tes yang sama yang  pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan rangking  yang  sama tetap (ajeg)  dalam  kelompoknya. Validitas berhubungan dengan ketepatan  sedangkan reliabilitas  berhubungan dengan ketetapan  atau keajekan.`

Sebuah  tes  dikatakan  relibel  apabila  hasil-hasil pengukuran  yang  dilakukan dengan  menggunakan  tes tersebut  secara  berulang  kali  terhadap subyek  yang  sama  hasilnya  tetap  sama atau  sifatnya  stabil. Yang dimaksud  Stabil      disini  yaitu  tetap  berada  pada  urutan  kelompoknya  ketika  tes dilakukan berulang-ulang meskipun  terjadi  perubahan  nilai   secara keseluruhan oleh  kelompoknya    tetapi  pada  posisi  urutan  rangkingnya    tetap atau berubah  tetapi perubahannya tidak  berarti.  Jadi  penekannanya  bukan  pada  tetapnya  nilai  tetapi   pada tetapnya   posisi  urutan  nilai  atau rangking dalam kelompoknya. Walaupun  tampaknya  hasil  tes  pada  tes  kedua lebih baik karena kenaikannnya  dialami  oleh  semua  siswa  maka  tes  yang  digunakan dapat  dikatakan  memiliki  reliabilitas yang  tinggi. Kenaikan hasil  yang  kedua  bisa  jadi  disebabkan  adanya  pengalaman yang  diperoleh  pada  waktu  mengerjakan tes pertama.

Contoh: Berikut ini Tabel  Nilai  Tes  Pertama  dan Kedua

Nama Siswa

Pengetasan Pertama

Pengetesan kedua

Ahmad Rizal

5,5

6,6

Alfi Azhari

6

7

Lusi Kurnia

8

9

Nissa Arshyta

5

6

Seprina

6

7

Siti Khoiriah

7

8

 

 

 

 

 

 

 

 

Pada  tabel tersebut  di  atas menunjukkan   hasil  tes pertama  dan  hasil  tes  kedua yang  dicapai  oleh siswa secara  keseluruhan  cenderung  mengalami  kenaikan    tetapi  pada  posisi  rangkingnya   tetap yang berarti   alat  tes  yang  digunakan  dalam  menilai hasil belajar tersebut  reliable atau  dapat  dipercaya.

Menurut  Ngalim  Purwanto suatu  tes  disebut andal (reliability)  jika  ia  dapat  dipercaya, konsisten  atau  stabil.

3.      Objectivitas

Objektif  berarti  tidak adanya unsur pribadi  yang mempengaruhinya bukan subjectif.  Sebuah tes dikatakan memiliki objectivitas apabila  dalam melaksanakan tes tidak  ada faktor subjectif yang mempengaruhi terutama dalam sistem skornya.

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objectivitas menekankan ketetapan (consistency) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes. Ada 2 faktor  yang mempengaruhi subjectivitas  dari sesuatu tes yaitu  bentuk tes  dan penilai :

a.       Bentuk  Tes

Tes  yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada sipenilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Untuk  menghindari  masuknya  unsur  subjektivitas  dari  penilai  maka sistem skoringnya  dapat  dilakukan  dengan cara  sebaik-baiknya antara  lain lain dengan  membuat  pedoman skoring terlebih  dahulu.

b.      Penilai

Subjectivitas  dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian. Faktor-faktor  yang mempengaruhi subjectivitas  antara lain kesan penilai terhadap siswa, tulisan bahasa, kelelahan untuk menghindari subjektivitas maka harus mengacu pedoman terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas.

Sedangkan  Menurut  Prof. Drs. Anas  Sujiono  Suatu tes  belajar  dapat  disebut  tes  belajar  yang  obyektif  apabila  tes tersebut  disusun dan dilaksanakan  menurut  apa adanya. Ditinjau  dari  segi  isi  atau  materinya artinya  bahwa  materi  tes  diambilkan atau  bersumber  dari  materi  atau  bahan  pelajaran  yang  telah  diberikan  sesuai  dengan instruksional  khusus  yang  telah  ditentukan atau  bahan  pelajaran  yang  telah  dipelajari  oleh  peserta  didik  yang  dijadikan  acuan  dalam  penyusunan  hasil belajar  tersebut.

4.      Praktibilitas (practibility)

Sebuah  tes  disebut memiliki  praktibilitas  yang  tinggi apabila  tes tersebut bersifat praktis, Tes yang praktis adalah tes yang:

a.       Mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa  mengerjakan terlebih  dahulu bagian yang dianggap mudah. Karena bersifat  sederhana dalam arti  tidak  memerlukan peralatan  yang  sulit pengadaannya.

b.      Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu dilengkapi kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan atau diawali orang lain.

c.       Dilengkapi  dengan petunjuk-petunjuk  yang  jelas  sehingga  dapat  diberikan atau  diawasi  oleh  orang  lain

5.      Ekonomis

Pelaksaan tes tersebut  tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak serta waktu yang lama.

B.     Penyusunan Tes

1.      Bentuk-Bentuk Penyusunan Tes

a.       Penyusunan Tes Tertulis

Sebagai alat pengukur perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik, apabila ditinjau dari segi bentuk soal-soal, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes belajar bentuk uraian (tes subjektif), dan tes hasil belajar bentuk obyektif.

1)      Tes uraian

Pada umumnya  berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemampuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk esai menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.

Petunjuk penyusunan tes uraian adalah :

a)      Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.

b)      Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.

c)      Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.

d)     Hendaknya diusahakan agar pertanyaan bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”, “seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.

e)      Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh siswa.

f)       Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes.

2)      Tes objektif

a)      Tes benar-salah (true-false)

Tes obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan, pernyataan ada yang benar dan ada yang salah.

Petunjuk penyusunan tes benar-salah adalah:

(1)   Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).

(2)   Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.

(3)   Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.

Contoh: B-S Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.

(4)   Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.

(5)   Hindarilah kata-kata yang menunjukan kecenderungan memberi saran seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah dan sebagainya.

b)      Tes pilihan ganda (multiple choice test)

Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memllilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.

Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar salah juga, tetapi dalam bentuk jamak. Testee diminta membenarkan atau menyalahkan setiap item dengan tiap pilihan jawab. Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak tiga atau empat buah, tetapi adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan komputer banyaknya option diusahakan 4 buah).

c)      Menjodohkan  (Matching test)

Matching test dapat diganti dapat diganti dengan istilah mempertandingan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai tercantum dalam seri jawaban. Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching ialah:

(1)    Seri pertanyaan-pertanyaan dalam Matching testhendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu.

(2)    Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari pada jumlah soalnya (kurang lebih 1 ½  kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih menggunakan pikirannya.

(3)    Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.

d)     Tes isian (complection test)

Complection test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. complection test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.

Saran-saran dalam menyusun tes bentuk isian ini adalah sebagai berikut:

(1)    Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencenakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.

(2)    Jangan mengutip kalimat/pertanyaan yang tertera pada buku/catatan.

(3)    Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.

(4)    Diusahakan hendaknya setiap pertanyaan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.

(5)    Jangan mulai dengan tempat kosong.

b.      Penyusunan Tes Lisan

Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk mengemukakan pendapat-pendapat atau gagasan-gagasan secara lisan.

Berberapa petunjuk berikut ini dapat dipergunakan dalam tes lisan:

1)      Sebelum tes lisan dilaksanakan, seyogyanya tester sudah melakukan inventarisasi berbagai jenis soal yang akan diajukan kepada teste dalam tes lisan tersebut, sehingga tes lisan dapat diharapkan memiliki validitas yang tinggi, baik dari segi isi maupun kontruksinya.

2)      Setiap butir soal yang telah ditetapkan untuk diajukan kepada tes lisan itu, juga harus disiapkan sekaligus pedoman atau ancar-ancar jawaban betulnya.

3)      Jangan sekali-kali menentukan skor atau nilai hasil tes lisan setelah seluruh teste menjalani tes lisan. Skor atau nilai hasil tes lisan harus dapat ditentukan disaat masing-masing teste selesai dites. Hal ini dimaksudkan agar pemberian skor atau nilai hasil tes lisan yang diberikan kepasa teste itu tidak dipengaruhi oleh jawaban yang diberikan oleh testee yang lain.

4)      Tes belajar yang dilaksanakan secara lisan hendaknya jangan sampai menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi.

5)      Dalam rangka menegakkan prinsip objektivitas dan prinsip keadilan, dalam tes yang dilaksanakan secara lisan itu, tester hendaknya jangan sekali-kali “memberikan angin segar” atau “memancing-mancing” dengan kata-kata arau kalimat atau kode-kode tertentu yang sifatnya menolong testee karena menguji pada hakikatnya adalah mengukur bukan membimbing testee.

c.       Penyusunan tes tindakan

Tes tindakan dimaksudkan untuk mengukur keterampilan siswa dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam tes tindakan persoalan disajikan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh testi.

Tes tindakan pada unumnya digunakan untuk mengukur taraf kompetensi  yang bersifat keterampilan (psikomotorik), dimana penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai oleh testee tersebut.

2.      Tahapan-Tahapan Penyusunan Tes

Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang baik, yaitu:

a.       Pengembangan spesifikasi tes

Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :

1)      Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur.

2)      Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.

3)      Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan.

4)      Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut

5)      Merencanakan banyak soal

6)      Merencanakan jadwal penerbitan soal

b.      Penulisan soal

c.       Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.

d.      Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan dibakukan.

e.       Penganalisisan hasil uji coba.

f.       Pengadministrasian soal.

3.      Langkah-langkah Penyusunan Tes

Penyusunan tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a.       Menentukan tujuan mengadakan tes

b.       Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.

c.       Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan

d.      Manderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat ula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu. Tabel ini digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati.

e.       Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tesebut.

Tabel spesifikasi yang juga dikenal dengan kisi-kisi adalah sebuah tabel yang didalamnya dimuat rincian materi tes dan tingkah laku beserta proporsi yang dikehendaki oleh penilai, dimana pada tiap petak dari tabel tersebut diisi dengan angka-angka yang menunjukan banyaknya butir soal yang akan dikeluarkan dalam tes hasil belajar.

Adapun dari arah taraf kompetensi, biasanya penilai menggunakan model yang dikembangkan oleh Bloom (1956). Menurut Benjamin S. Bloom, kompetensi kognitif peserta mulai dari yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.

f.       Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan  uraian  diatas  dapat  diambil  kesmpulan bahwa  ciri-ciri tes  yang  baik  adalah  sebagai  berikut :

1.      Validitas, valid  apabila   alat  ukur tersebut  dapat dengan tepat mengukur apa yang  hendak diukur atau mengungkap   lewat  tes  tersebut.

2.      Reliabilitas,  hasil-hasil pengukuran  yang  dilakukan dengan  menggunakan  tes tersebut  secara  berulang  kali  terhadap subyek  yang  sama  hasilnya  tetap  sama atau  sifatnya  stabil  dalam  kelompoknya.

3.      Objectivitas, artinya  dalam melaksanakan tes tidak  ada faktor subjectif yang mempengaruhi terutama dalam sistem skornya.

4.      Praktibilitas, (practibility)  baik kepraktisan   yang  terkait  dalam  pelaksanaannya  maupun kemudahan  dalam  pemeriksaannya.

5.      Ekonomis, tidak  memerlukan ongkos, tenaga  dan  waktu  yang  banyak. 

B.     Saran

Dengan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu dari referensi atau pedoman pendidik atau calon pendidik dalam memahami ciri-ciri dan penyususnan tes yang akan dipakai untuk mengukur suatu kemampuan.

Tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini. Dengan segala keterbatasan dan kemampuan penulis, maka untuk pengembangan lebih lanjut disarankan kepada para pembaca untuk turut mencari reverensi lain terkait dengan materi ini guna menjadi masukan kepada penulis dan perbaikan serta penyempurnaan kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,  Suharsimi. Edisi Revisi 2002.  Dasar- Dasar  Evaluasi  Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi  Aksara

https://bustomipls.blogspot.com/2018/04/pengembangan-dan-penyusunan-tes-evaluasi.html

 Mudjijo. 1995. Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara

Purwanto, Ngalim. 1994. Prinsip-Prinsip  Dan Teknik  Evaluasi  Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya

Putro  Widoyoko, Eko. 2009. Evaluasi  Program  Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka, Pelajar

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar  Evaluasi  Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo  Persada

 

 

 

 

 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Nice☺

Unknown mengatakan...

Nice☺

Posting Komentar

STANDAR PENILAIAN dengan PAP dan PAN

  Tugas Individu, 18 Desember 2020 STANDAR PENILAIAN dengan PAP dan PAN Tugas   ini di ajukan untuk memenuhi tugas individu Mata Ku...